Selasa, 25 Oktober 2011

JIWA YANG PERGI

Ketika mataku tak mampu lagi melihat, semua terasa gelap...
Ketika hatiku tak mampu lagi merasakan, semua terasa pahit..

Jalanku tak setegar dulu, tak pernah berdiri tegak lagi...
Senandungku tak semerdu dulu, banyak tangisan mengalun..

kucoba tepis smua yang membuat aku semakin terpuruk..
Membangkitkan seluruh sisi duniawi yang membelenggu...

Jiwaku tak pernah menyatu dalam ragaku yang terbelenggu..
Inginku tak pernah terdengarkan oleh dalamnya hati...

Sanubariku menjadi sebuah rasa yang semakin membatu..
Dan kalbuku tak pernah tahu apa yang dimau jiwaku...selalu...

Andai Saja

Seuntai kalimat tanya hadir dalam benakku...
Bisakah aku melewati smua ini??
Ah..andai saja aku mampu, andai saja aku bisa...
Terlintas begitu banyak kata andai saja...

sejurus kemudian kulihat bekas jejakku, timbul juga pertanyaan..
Bisakah aku menghilangkan jejakku??
Jawabannya tetap..
Ah..andai saja aku tak meninggalkan jejak dsetiap langkahku mungkin kau tak kan melihatnya...
Jejak hidup tak bisa dihilangkan karena pasti kita tinggalkan...

ku terus berjalan meskipun banyak seruan dari orang-orang, hingga aku terjatuh...
Timbul tanya dalam hati..kenapa aku terjatuh??
Ah..andai saja aku dengar seruan mereka, andai saja aku berhati-hati, tentu aku takkan terjatuh...
Dan kuingat ternyata saran dari orang lain adalah masukan yang bermanfaat...

ternyata banyak kata andai saja disetiap penyesalan, tapi kata "andai saja" itu tak cukup untuk memperbaiki semua, karena smua telah terlanjur...
Mungkin hanya bisa belajar dari setiap kesalahan dan kegagalan, agar tak menyesal saat membuat keputusan...

Tidak ada komentar: