Nur Ulfah Dwiyanti Obed
10 November 2012
Hari-hari terlewati begitu saja tanpa mengharap dan berharap sesosok
insan kan hadir mewarnai kehidupan ini lagi.
Dia pengisi hari-hariqu masa lalu.
Dia yang menjadi teman baik dan teman berimaji
nasi aku.
Tak pernah terbayangkan akan memupuk persahabatan yang aku sendiri
menodainya.
Namun ini tak sepenuhnya salah aku.
Karena kau sendiri yang hadir mengisi buku tulis yang tadinya sudah
kusimpan baik- baik dalam rak bukuku.
Kau hadir dengan satuan yang tak pernah kuketahui ternyata ada variabel
yang mengikutimu.
Beberapa waktu berselang ketika kata-kata ini seakan telah memuat
kalimat-kalimat indah dengan hadirnya kau.
Kutemukan sosok cahaya dibelakangmu.
Dan ternyata cahaya itu adalah dia.
Dia.. yang menjadi tempat berbagi tawaku saat masih memegang tanah
liat bersama.
Dia.. yang menjadi satu-satunya memberikan perhatian lebih padaku.
Dan.. kini aku yang membuatkan awan hitam di atas kepalanya.
Kau, tinggalkan saja aku.
Kau, pergilah bersama dia melanjutkan jalanmu yang terbayang-bayangi
oleh aku.
Kau, lepaskanlah tangan hangat itu dariku.
Namun ternyat tidak.
Kau, tidak ingin tinggalkan aku.
Kau tidak ingin melanjutkan jalanmu lagi.
Kau, tetap memberikan tangan hangatmu di sini.
Begitu pula aku.
Aku yang terlanjur bernafas dengan baik bersamamu.
Aku yang telah mengambil buku tulis dan mencoretnya kembali.
Aku yang telah kau bebaskan lagi setelah terbungkus beberapa tahun
ini.
Salahkah jika,
Aku dan kau punya tujuan yang sama?
Salahkah jika,
Kuingin membuka lahan baru bersamamu?
Dan salahkah jika,
Cinta hadir di atas luka Dia?
Aku tau,
Aku telah menari-nari diatas luka Dia.
Aku yang telah memberikan jalan buntu untuk Dia
Dan aku yang telah memutuskan mimpi-mimpi indahnya selama ini.
Namun,
Apakah cinta membatasi status masa lalu?
Apakah cinta harus kusimpan sendiri dalam kotak hiasanku?
Apakah cinta mengenal ruang dan waktu?
Kuakui akulah yang menjadi pengganjal antara kau dan Dia.
Kuakui rasa ini tak dapat kuredam di tengah kesunyian malam.
Kuakui langkah ini telah meninggalkan Dia dalam kegelapan.
Mengapa..
Cinta itu hadir di antara aku, kau dan dia?
Mengapa..
Aku tidak lebih dahulu bertemu dengan kau?
Mengapa..
Mestia Dia yang aku buatkan goresan-goresan luka di lengannya?
Kau..
Inginkan aku menhindari fikiran-fikiran negative tentang semua ini.
Kau..
Inginkan aku tetap berjalan lurus di belakangmu.
Kau..
Yang telah membuatku berani berjalan di atas pecahan-pecahan gelas
kaca dengan tetap menggenggam tanganmu.
Nur
Ulfah Dwiyanti Obed
10
November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar