Sabtu, 15 September 2012

KISAH NYATA


SAHABATKU
      Ini adalah kisah nyata dalam hidup saya. Nama saya Nur Ulfah Dwiyanti, Alhamdulillah sekarang saya duduk di kelas XII IPA 1 SMA Neg. 1 Pamboang. Kisah ini saya alami dimulai dari saya duduk di bangku kelas IX SMP.
    Pada saat itu, saya dipercayakan oleh Kecamatan Pamboang untuk menjadi salah seorang Kafilah MTQ Pamboang pada cabang Syarhil Qur’an. Dalam perlombaan MTQ Kab. Majene Tahun 2008 tersebut terdapat bermacam-macam cabang, seperti Fahmil Qur’an, Hafiz Qur’an, Syarhil Qur’an, Tahmid Qur’an, Tahfiz Qur’an dan masih banyak cabang-cabang lain di dalamnya. Dalam cabang Syarhil Qur’an itu saya mendapat amanah sebagai Saritilawah.
    Namun, pada lomba tersebut kami megalami kegagalan. Hatiku sungguh kecewa saat itu. Beberapa hari kemudian, saya menerima surat panggilan TC (Treaning Center) di rumah jabatan SEKDA dalam rangka pemilihan kembali peserta MTQ untuk tingkat Provensi SUL-BAR. Dengan penuh semangat saya mengikuti TC tersebut. Selama 1 minggu kami dilatih dan disaring satu persatu dan Alhamdulillah saya yang terpilih untuk menjadi kafilah Kabupaten Majene dalam MTQ SULBAR di Wonomulyo.
    Akhirnya dengan penuh semangat dan berharap bisa lolos lagi ke Tingkat Nasional saya berangkat ke Wonomulyo bersama dengan rekan-rekan kafilah yang lain dan di damping oleh Bapak Bupati Majene. Di Wonomulyo kami tinggal di pondokan yang telah disediakan oleh Panitia. Sesampainya di Wonomulyo, tiba-tiba seseorang yang tinggi, putih dan cukup ganteng menebarkan senyum yang manis pada kami. Ternyata dia juga salah seorang kafilah Majene namun kami baru bertemu karena dia tidak mengikuti TC dan dia langsung Lolos sebagai Kafilah Majene. ”hmmm… hebat juga nieh orang !!”, ujarku dalam hati.
    Setelah kami semua mulai akrab, akhirnya saya kenalan dengan orang itu. Namanya Ilham, saat itu dia duduk di kelas X Aliyah Pambusuang. Dia orangnya sangat cerdas, dia sudah hafal 10 Juz AL-Qur’an, mampu menulis Tulisan Arab dan mampu membaca Qur’an dengan alunan yang merdu.
     Di waktu luang saat kami selesai latihan, saya bersama teman kafilah yang lain yaitu, Ilham, Aziz dan Zaenab cuci mata di Pasar Sentral Wonomulyo. Saat berkeliling bersama kami saling bercanda dan tertawa bersama layaknya saudara. Saat itu Ilham membeli sebuah celana dari kain yang gombrang, maka dari itu saya bisa membuat kesimpulan bahwa Ilham tidak suka memakai pakaian yang ketat, satu buah celana Levis pun tidak ia miliki karena dia tidak suka memakainya, apalagi celana sekarang yang model “BOTOL” mana mungkin Ilham suka.
     Sungguh langka kita jumpai seorang pemuda yang seperti itu, memang penampilannya sangat sederhana. Dia pun rajin sholat, tidak kikir dan rajin mengaji. Beruntungnya saya menjumpai seorang sahabat yang sebaik Ilham. Bukan cuma di Pasar tapi hampir setiap waktu kami berkumpul bersama dan tertawa bersama di mobil, di arena lomba, saat makan, di rumah maupun saat kami latihan
    Kurang lebih satu minggu kami menghabiskan waktu di Wonomulyo bersama Ilham dan rekan-rekan kafilah yang lain dan Alhamdulillah saya mendapatkan Juara III Lomba Syarhil Qur’an seProvinsi SulBar saat itu. Kami pun kembali ke daerah masing-masing namun tidak lupa kami saling memberi nomor telefon agar bisa terus saling berkomunikasi dan bersilaturahmi.
    Tidak terasa satu tahun MTQ II SULBAR 2008 telah berlalu namun persaudaraan kami masih sangat kental. Kami saling mengunjungi dan saling berkomunikasi. Bulan Ramadhan pun tiba, persahabatan kami semakin erat. Bulan Ramadhan 1430 H, Ilham mendapatkan berkah dan amanah. Dia mendapat panggilan dari Pemerintah Kab. Luwu untuk menjadi Imam Masjid selama bulan Ramadhan di salah satu Masjid besar di Luwu. Kabar yang bahagia itu langsung di sampaikan Ilham pada saya sebagai sahabatnya. Saya pun turut bersyukur dan mendukung Ilham karena hal tersebut merupakan hal yang jarang terjadi pada seorang anak muda yang kurang lebih berumur sekitar 14 tahun saat itu. Tiap waktu buka dan sahur Ilham selalu mengirim SMS pada saya, dia juga selalu memberikan wejangan dan petunujk yang baik untuk saya. Selain itu, dia juga sering nelfon dan menceritakan keadaannya di Luwu.
     Pada saat perayaan Hari Idul Fitri 1430 H, Ilham menjadi Imam sholat Idul Fitri di Lapangan terbesar di Luwu. Itu sungguh prestasi yang gemilang, Ilham memang anak yang langka dan sangat beruntung memiliki kemampuan untuk itu. Tiga hari setelah Lebaran, Ilham datang berkunjung ke rumah saya bersama kakaknya. Saya sangat senang atas kedatangan mereka, namun siapa yang menyangka bahwa ternyata kedatangannya itu merupakan kunjungan pertama dan terakhir  Ilham di rumah saya.
    Setelah hari itu kami menjadi akrab seperti keluarga sendiri karena Ilham dan keluarga saya juga sudah akrab. Hubungan antar keluarga kami pun kian membaik dan semakin hangat. Kurang lebih satu bulan setelah kepulangan Ilham dari Luwu, Ilham jatuh sakit. Awalnya hanya sakit kepala dan perut, namun lama kelamaan penyakit itu bertambah parah.
    Ilham yang dahulunya kurus terlihat menjadi gemuk. Pipi, perut dan betisnya membengkak sehingga sulit mengenalinya lagi. Kadang Ilham sesak nafas dan sulit untuk BAB, ternyata semua itu akibat penyakitnya yang tidak jelas. Keluarga Ilham pun sudah mengunjungi beberpa dokter di Polewali namun hasil diagnosa para dokter tersebut berbeda-beda sehingga membuat pihak keluarga Ilham pusing. Selain pengobatan medis, Ilham juga menjalani pengobatan tradisional demi kesembuhannya. Sungguh sedihnya perasaan kami sekeluarga melihat Ilham seperti itu, kami tidak bisa membantu banyak selain hanya terus berdo’a demi kesembuhan Ilham. 
    Kurang lebih 10 bulan Ilham menjalani penyakit itu. Dan Alhamdulillah Ilham berangsur-angsur membaik walaupun bentuk fisiknya belum kembali seperti semula. MTQ III SULBAR tahun 2010 pun tiba, Ilham tetap ikut dalam perlombaan tersebut walau dalam keadaan yang belum pulih. Berkali-kali saya dan keluarga mengingatkan agar Ilham tidak usah ikut dan beristirahat saja di rumah, namun Ilham sudah dibesarkan dalam suasana MTQ jadi tidak mungkin dia mau melewati suasana MTQ yang hanya satu kali dalam dua tahun dilaksanakan itu. Saya pun ikut dalam MTQ tersebut, sama dengan dua tahun yang lalu saya tetap mewakili Kafilah Majene dan tetap pada cabang yang sama yaitu Syarhil Qur’an. Alhamdulillah saya meraih peningkatan dari dua tahun yang lalu yaitu juara II walaupun belum bisa lolos ke tingkat Nasional.
    Setelah MTQ tingkat SULBAR itu, saya agak jarang berkomunikasi dengan Ilham lagi karena banyaknya kegiatan sekolah. Setelah kegiatan sekolah agak merenggang, saya dipercayakan oleh salah seorang tetangga saya untuk megelolah bisnis dengan membelikan saya Kartu Chips untuk menjual pulsa dengan dasar Kepercayaan. Saya tentu senang dan menerima tawaran tersebut, saya berharap supaya keuntungannya dapat saya manfaatkan untuk melengkapi peralatan sekolah. Saya pun ganti kartu, saking sibuknya dengan bisnis tersebut, saya menjadi lupa terhadap sahabatku itu.
    Sampai suatu malam tanggal 5 Agustus 2010, saya di kejutkan dengan masuknya telefon dari Hp Ibu saya. Ternyata yang menelfon adalah kakaknya Ilham, dia mengabarkan bahwa sudah 1 minggu Ilham di panggil oleh sang khalik. Saya terdiam dan terpaku, seakan tidak percaya dengan suara dari Hp itu. Sejenak suasana terasa hening, kutarik dan kuhembuskan nafas yang panjang. “Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun” Ilham telah tiada, sahabat yang selama ini kukagumi telah menghadap ilahi. Tanpa kusadari air mata saya jatuh dan tangis pun tidak bisa kubendung. “Mengapa saya baru tahu hal itu sekarang ??? setelah satu minggu kepergiannya ???“
    Memang saya yang salah, saya tidak memberikan nomor Kartu Chips saya pada keluarga Ilham. Walaupun keluarga Ilham tahu nomor Hp Ibu saya namun info tersebut tetap tidak bisa langsung sampai pada saya karena kurang lebih satu minggu Ibu menjalani Ujian Kepangkatan di Makassar dan Hpnya tidak bisa diaktifkan. Dan malam itu, Ibu baru saja mengaktifkan Hpnya dan kabar itu pun sampai.
    Tiap malam saya menangis, terbayang kenangan kami bersama. Senyumnya yang manis selalu hadir di fikiranku. Tidak kusangaka, anak baik, soleh dan cerdas seperti Ilham sangat cepat di panggil Allah. Ilham meninggal karena penyakitnya yang kambu lagi setelah dia mengikuti MTQ III SULBAR beberapa bulan yang lalu. Padahal sungguh banyak cita-cita dan harapan yang ingin Ilham wujudkan. Ilham pernah mengatakan bahwa jika sudah Lulus Aliyah dia akan kuliah dengan tidak ingin menggunakan biaya sedikit pun dari Orang Tuanya, dia ingin kuliah dari hasil keringatnya sendiri, sungguh impian yang mulia namun semua itu hanya kenangan. Saya bersama keluarga datang mengunjungi makam Ilham di Pambusuang. Melihat Ibunya sedih dan menangis, saya pun ikut menangis tersedu-sedu di samping beliau. Ibunya mengatakan bahwa Ilham anak yang baik, tidak pernah menyusahkan orang tua, rajin sholat, suka memberi, selalu tersenyum dan cerdas. Yang membuat saya semakin sedih, ternyata hari Senin Ilham berencana untuk mengambil Ijazah Aliyah yang diperjuangkannya selama tiga tahun namun hari Jumat subuh sebelum hari Senin itu dia telah tiada. Dia lulus dengan peringkat yang terbaik dan tertinggi di Sekolahnya, sungguh Ilham anak yang cerdas.
    Ilham kini telah tiada namun kenyataan ini masih membuat saya bingung, kadang rasanya saya ingin menelfon Ilham dan cerita-cerita bersamanya seperti dulu. Namun kutersadar bahwa hanya nomor dan namanya saja yang dapat kulihat di Hp tanpa bisa berbicara lagi dengannya. Kenangan bersama sahabatku Ilham takkan pernah bisa terhapus dalam ingatanku. Selamat jalan Ilham, semoga kamu mendapatkan tempat yang terbaik di Sana dan kuharap persahabatan kita masih berlanjut hingga di Alam Baqa’ kelak.

Cerpen Sahabat
(Nur Ulfah Dwiyanti, 16 Agustus 2010)

Tidak ada komentar: